Minggu, 30 Mei 2010

Apa Bedanya?

Apa bedanya sombong dan percaya diri? sombong dan pendiam? Irit dan pelit? Galak dan tegas? Benci dan cinta? Disiplin dan otoriter? Ada yang bisa jelasin?

Rabu, 19 Mei 2010

Tak Berujung


Ia lebih suka mendengarkan lagu2 sedih saat sedang terpuruk. Entah karena cinta, pekerjaan, hidup yang tak pernah terasa adil, atau hanya karena moodnya yang tak bisa diajak kompromi. Membiarkan nada2 mengayun2kan hatinya, mempermainkan perasaannya, dan membolak-balikkan emosinya. Ia memilih terhanyut, bahkan sesekali tenggelam dalam kepedihannya. Tak peduli orang berkata apa, tak peduli dunia tlah berlari meninggalkannya, tak peduli ia masih terkungkung dalam ruang gelapnya sendiri. "Ini duniaku."

Lalu ia akan tersadar. Dari sakit yang entah sudah berapa juta tahun ia cumbui. Seperti anak kecil yang terlepas dari genggaman ibunya. Tak tahu harus kemana, tak tahu harus berbuat apa. Tapi kemudian ia memutuskan berjalan. Ke arah yang ia yakini akan berujung cahaya. Tak ada kepastian. Hanya keyakinan.

Satu waktu ia bimbang. 'Apa ini memang jalan yang tepat? Apa di ujung sana kan kudapati cahaya? Atau, hanya hamparan pasir hitam tak berujung?' Sifat manusianya muncul. Segala yang terburuk tergambar jelas di pikirannya. Detik berikutnya... ia hanya mematung. Tak lagi sesemangat waktu ia memutuskan berjalan. Nampaknya pikiran negatifnya sedang bersorak2 merayakan kemenangannya. Ia berhenti. Kembali menyalahkan hidup yang tak pernah adil terhadapnya. Mendengarkan musik sedih? Rasanya tak perlu. Itu hanya akan semakin membulatkan tekadnya untuk berbalik arah. Yang sekarang ia butuhkan hanya bernafas. Membiarkan molekul2 O2 mengalir di darahnya, membawanya ke otak dan jantungnya. Dan sepertinya itu bekerja. Pikirannya tak lagi sekalut sebelumnya dan detak jantungnya semakin bersahabat. Cukup? Sepertinya. Karena ia memutuskan untuk kembali menapaki jalannya.

Berakhir? Tak bisa dipastikan berakhir dengan apa. Entah happy ending, entah sad ending. Karena ia tlah berjalan sedemikian jauh. Dan penglihatan penulis tak bisa menangkapnya. Maafkan. :)

Minggu, 09 Mei 2010

Dosen Agama Saya


Postingan kali ini mau nyritain dosen agama saya ah.. Namanya pak Zaim Elmubarok. Beliau dosen dari jurusan bahasa arab yang alhamdulillahnya ngajar mata kuliah umum PAI di rombel saya. :D Wah, beliau udah jadi salah satu dosen favorit saya setelah pak Eram. :*

Kenapa ya? Saya suka cara beliau ngajar. Gak sekedar mengajarkan apa yang ada di buku, lebih memberi kita pengetahuan2 baru, yang anehnya, sama sekali belum kita tau dan mungkin gak pernah terlintas di otak kita. Contohnya aja, saat materi tentang al qur'an. Beliau ngajuin pertanyaan kek gini "kenapa al qur'an diturunkan dalam bahasa arab? Kenapa gak dalam bahasa indonesia aja biar kita lebih paham?" Sibuklah kita semua nyari jawaban di buku. Karena siapa yg aktif bakal dapet nilai plus. Beberapa orang njawab kek gini. "Karena nabi muhamad orang arab." Salah. "Karena bahasa arab adalah bahasa yg paling mudah di dunia, sehingga kita bisa lebih mudah pula mempelajarinya." Tetep salah. Berapa orang deh tuh yg nyoba njawab. Tetep aja salah. Akhirnya pak Zaim bersuara. "Agar kita berpikir!" Cengo lah kita semua. "Hah? Cuma itu jawabannya?"

"Allah menurunkan Alqur'an dlm bahasa arab agar kita mau berpikir. Membaca, menelaah dan memahami isinya. Sekarang saja kita jarang membuka alqur'an, apalagi jika alqur'an dlm bahasa indonesia. Pasti kita semakin malas untuk membacanya."

Lalu saya ngajuin pertanyaan. "Bagaimana dengan orang arabnya sendiri? Iya kita sebagai orang indonesia memang harus lebih mempelajari dan mendalami alqur'an karena memang kita tidak tau bahasa arab. Tapi bagaimana dengan orang yang paham dengan bahasa arab? Apakah mereka lepas dari kewajiban untuk mendalami alqur'an karena toh mereka tau arti dari ayat2 alqur'an?"

Beliau malah nanya balik, "Anda tahu cara menyusun skripsi yg baik dan benar? Tidak. Tidak semua hal yg kita tahu memang benar2 kita pahami. Begitu juga dengan orang arab. Mereka belum tentu paham akan isi dari alqur'an." Dan saya pun cuma angguk2 kepala. Hehehe.

Beliau juga sangat objektif. Meski beliau seorang dosen PAI, namun beliau sangat objektif dalam melihat persoalan. Saya masih inget betul pas awal kuliah dengan pak zaim. Beliau nyritain sebuah kisah di kitab tripitaka, yg notabene kitab suci agama lain. Beliau membaca semua buku, tak terkecuali tripitaka. Tak peduli itu bukan kitab sucinya, beliau lebih mementingkan isi dan pesan yg terkandung dari apa yg beliau baca. Karena seperti yg pernah beliau katakan, "Semua agama itu sama. Menuntun kita ke arah kebaikan." Aiih.. Like him so much *ngasih jempol* :D

Saya selalu excited tiap kali mau kuliah PAI. Bawaannya penasaraaan mulu.. "Pak zaim mau ngasih ilmu apa lagi yah?" Hehe. Gak nyesel deh ngambil rombel 2 PAI, dosennya asik banget. Ahahaha

Udah ah, capek. Takut kupingnya pak zaim meleleh gegara kepanasan saya omongin dari tadi! Wkwkwkwk. See ya later.. (wave)